Resosoedarmo
(1989), menyatakan bahwa suatu kawasan alam yang didalamnya tercakup unsur
hayati (organisme) dan unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik
disebut sistem ekologi atau ekosistem. Organisme perombak, misalnya berupa
mikroorganisme terdiri atas bekteri dan jamur akuatik yyang hidup tersebar,
salah satunya diperbatasan antara air. Organisme perombak terdapat dalam jumlah
yang sangat besar, jutaan indiividu per-gram endapan lumpur. Sebagian perombak
hanya makan bangkai tumbuhan dan hewan. Bila kondisi temperatur baik, maka
penguraian dalam air dapat berjalan cepat sekali. Fungsi organisme pengurai
dalam suatu ekosistem yaitu mengatur keperluan dan kelangsungan hidupnya sendiri,
ddaur nitrogen yang sempurna, tapi kompleks dan daur fosfor yang sederhana
tetapi kurang sempurna
Lakitan
(1993), menyatakan bahwa mikorhiza secara harfiah berarti akar jamur. Dalam onteks
ini mikorhiza merupakan hubungan simbiotik dan mutualistik (menguntungkan kedua
belah pihak) antara jamur no patogen dengan sel-sel akar yang hidup, terutama sel
epidermis dan korteks. Jamur memperoleh senyawa organik (terutama gula) dari
tanaman sedangkan tanaman memperoleh keuntungan karena penyerapan unsur hara
dan air dapat berlangsung dengan baik. Bagian sistem perakaran tanaman yang
terinfeksi adalah bagian akar yang masih muda.
`Supardi
(1985), menyatakan bahwa ekosistem mempunyai dua komponen yaitu komponen
autotrof dan komponen heterotrof. Tumbuh-tumbuhan hijau yang berklorofil
membentuk karbohidrat protein, lemak dan lain-lain dengan jalan fotosintesa
dengan energi sinar matahari. Zat-zat kotoran yang terjadi akibat proses
tersebut diuraikan kembali menjadi zat-zat yang lebih sederhana, bentuk dapat
dipergunakan kembali dalam proses pembangunan dengan bantuan pengurai / jasad
renik. Setiap spesies dalam komunitas condong untuk mengadakan intteraksi satu
sama lain, mengubah kondisinya, membangun hubungan dan saling ketrgantungan.
Hadisubroto
(1989), menyatakan bahwa mutualisme adalah interaksi yang mendorong keputusan
dari dua spesies yang saling berinteraksi, karena itu dalam mutualisme kedua
spesies yang saling berinteraksi memperoleh keuntungan, interaksi dapat
berlangsung sangat erat maupun renggang disebut mutualisme simbiosis. Hubungan dari
dua spesies ini begitu eratnya sehingga apabila dipisahkan, kehidupan mereka
akan merana. Contoh dari simbiosis mutualis adalah pohon dengan jamur (fungi
mycorhiza).
Pringgoseputro
(1992), menyatakan bahwa tipe simbiosis lain yang mempengaruhi zat hhara tanah
sebagai pembatas produktivitas primer teresterial meliputi jamur yang
bekerjasama dengan akar-akar dari beberapa macam tumbuhan pohon. Jamur miselium
yang berasosiasi dengan akar tanaman disebut mycorhizae. Gabungan ini sering
merangsang pertumbuhan tanaman dengan kuat, memudahkan pengambilan oleh akar,
meningkatkan kelarutan ion-ion tertentu padda tanah sekeliling sehingga
ketersediaannya akan bertambah dan membantu melindungi akar dari infeksii ooleh
patoggen
Tinjauan Pustaka :
Hadisubroto. 1989. Ekologi Dasar.
Jakarta : departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Lakitan, benyamin. 1993.
Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.
Pringgoseputro. 1992. Konsep Dasar
IPA II. Jakarta : UI Press.
Resosoedarmo, Sujiran. R . 198.
Pengantar Ekologi. Bandung : Remaja Karya CV.
Supardi. 1985. Prinsip-prinsip
Ekologi Dasar. Bandung : Sinar Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar