Selasa, 17 Juli 2012

Teori Tentang Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman


 
            Jamin (1989), menyatakan bahwa defisit air berlangsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (penggandaan dan pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Supaya tanaman dapat tumbuh dengan berhasil pada suatu lingkungan tertentu, maka lingkungan harus mampu menyediakan berbagai keperluan untuk pertumbuhan dan untuk melakukan daur hidupnya.
            Gardiner (1991), menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakkan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidup bergantung dan tersedianya sistem hasil asimilasi, hormon, dan substansi pertumbuhan lainnya serta lingkungan yang mendukung. Ada 2 faktor yang mempengaruhi tumbuhan yaitu faktor eksternal yang berupa a) iklim : cahaya, temperatur, air, angin, dan unsur hara. b) edafik : tekstur, struktur, bahan organik, pH, dll.c) Biologis : gulma, serangga, dll. Yang kedua faktor internal, yaitu respirasi, hasil asimilasi, aktivitas enzim, dll.
            Heddy (1997), menyatakan bahwa keadaan lingkungan yang bervariasi dari suatu tempat ke tempat yang lain dan kebutuhan tanaman akan keadaan lingkungan yang khusus mengakibatkan keragaman jenis tanaman yang berkembang dapat terjadi menurut perbedaan tempat. Sebagian contoh tanaman yang bberkembang di daerah subtropis, keragaman lingkungan tidak hanya terdapat diantara tempat, tetapi dapat juga terjadi pada tempat yang sama dengan perbedaan waktu sehingga tidak heran bila jenis tanaman yang berkembang ditempat yang berbeda dengan perbedaan waktu.
            Suwarsono (1989), menyatakan bahwa cahaya merupakan perangsang utama dalam hidup tumbuhan. Beberapa respon tumbuhan terhadap interaksi cahaya yang berbeda-beda adalah dilakukan oleh auksin dan efeknya timbul karena berkurangnya efektivitas auksin pada keadaan cahaya terik. Tumbuhan yang tumbuh delam gelap atau cahaya lemah akan mempunyai batang yang panjang dengan ruas yang lebih panjang dan lebih besar dari tumbuhan yang mendapatkan cahaya matahari penuh dan daun lebih kecil daripada daun yang terlindung.
            Hasan (1997), menyatakan bahwa hampir seluruh energi panas (kalor) berasal dari matahari. Suhu meningkatkan perkembangan tanaman sebagai batas tertentu. Hubungan suhu dengan pertumbuhan tanaman menunjukkan hubungan linier sampai batas tertentu. Setelah mencapai maksimum hubungan kedua variabel itu menunjukkan parabolik. Pada suhu rendah kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bungan dan buah. Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman akibat suhu rendah tergantung keadaan air.


Tinjauan Pustaka :
Garrdiner. 1991. Holtikura Aspek Budaya. Jakarta : UI Press.
Hasan, Basri. 199. Ekologi Tanaman. Jakarta : CV Rajawali.
Heddy, Suwarsono. 1997. Ekofisiologi Pertanaman. Bandung : Sinar Batu.
Jamin. 1989. Ekologi Tanaman. Jakarta : CV Rajawali.
Suwarsono. 1989. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Selasa, 10 Juli 2012

Teori Tentang Asosiasi Tanaman dengan Mikroba (studi Simbiosis Mutualistis)



            Resosoedarmo (1989), menyatakan bahwa suatu kawasan alam yang didalamnya tercakup unsur hayati (organisme) dan unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik disebut sistem ekologi atau ekosistem. Organisme perombak, misalnya berupa mikroorganisme terdiri atas bekteri dan jamur akuatik yyang hidup tersebar, salah satunya diperbatasan antara air. Organisme perombak terdapat dalam jumlah yang sangat besar, jutaan indiividu per-gram endapan lumpur. Sebagian perombak hanya makan bangkai tumbuhan dan hewan. Bila kondisi temperatur baik, maka penguraian dalam air dapat berjalan cepat sekali. Fungsi organisme pengurai dalam suatu ekosistem yaitu mengatur keperluan dan kelangsungan hidupnya sendiri, ddaur nitrogen yang sempurna, tapi kompleks dan daur fosfor yang sederhana tetapi kurang sempurna
            Lakitan (1993), menyatakan bahwa mikorhiza secara harfiah berarti akar jamur. Dalam onteks ini mikorhiza merupakan hubungan simbiotik dan mutualistik (menguntungkan kedua belah pihak) antara jamur no patogen dengan sel-sel akar yang hidup, terutama sel epidermis dan korteks. Jamur memperoleh senyawa organik (terutama gula) dari tanaman sedangkan tanaman memperoleh keuntungan karena penyerapan unsur hara dan air dapat berlangsung dengan baik. Bagian sistem perakaran tanaman yang terinfeksi adalah bagian akar yang masih muda.
            `Supardi (1985), menyatakan bahwa ekosistem mempunyai dua komponen yaitu komponen autotrof dan komponen heterotrof. Tumbuh-tumbuhan hijau yang berklorofil membentuk karbohidrat protein, lemak dan lain-lain dengan jalan fotosintesa dengan energi sinar matahari. Zat-zat kotoran yang terjadi akibat proses tersebut diuraikan kembali menjadi zat-zat yang lebih sederhana, bentuk dapat dipergunakan kembali dalam proses pembangunan dengan bantuan pengurai / jasad renik. Setiap spesies dalam komunitas condong untuk mengadakan intteraksi satu sama lain, mengubah kondisinya, membangun hubungan dan saling ketrgantungan.
            Hadisubroto (1989), menyatakan bahwa mutualisme adalah interaksi yang mendorong keputusan dari dua spesies yang saling berinteraksi, karena itu dalam mutualisme kedua spesies yang saling berinteraksi memperoleh keuntungan, interaksi dapat berlangsung sangat erat maupun renggang disebut mutualisme simbiosis. Hubungan dari dua spesies ini begitu eratnya sehingga apabila dipisahkan, kehidupan mereka akan merana. Contoh dari simbiosis mutualis adalah pohon dengan jamur (fungi mycorhiza).
            Pringgoseputro (1992), menyatakan bahwa tipe simbiosis lain yang mempengaruhi zat hhara tanah sebagai pembatas produktivitas primer teresterial meliputi jamur yang bekerjasama dengan akar-akar dari beberapa macam tumbuhan pohon. Jamur miselium yang berasosiasi dengan akar tanaman disebut mycorhizae. Gabungan ini sering merangsang pertumbuhan tanaman dengan kuat, memudahkan pengambilan oleh akar, meningkatkan kelarutan ion-ion tertentu padda tanah sekeliling sehingga ketersediaannya akan bertambah dan membantu melindungi akar dari infeksii ooleh patoggen

Tinjauan Pustaka :
Hadisubroto. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta : departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Lakitan, benyamin. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.
Pringgoseputro. 1992. Konsep Dasar IPA II. Jakarta : UI Press.
Resosoedarmo, Sujiran. R . 198. Pengantar Ekologi. Bandung : Remaja Karya CV.
Supardi. 1985. Prinsip-prinsip Ekologi Dasar. Bandung : Sinar Baru.

Senin, 09 Juli 2012

Teori Tentang Enzim



            Yazid(2006), menyatakan bahwa enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, sekarang kira-kira lebih dari 2000 enzim telah teridentifikasi, yang masing-masing berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam sel hidup. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian besar enzim dapat di peroleh dengan ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya. Sebagai katalisator, enzim berbeda dengan katalisator organik dan anorganik sederhana yang umumnya dapat mengatalis berbagai reaksi kimia.
            Colby(1988), menyatakan bahwa kinematika enzim adalah ilmu mengenai sifat kecepatan reaksi yang dikatalis enzim. Pengukuran kinematika merupakan alat biokimia yang sangat berguna karena memungkinkan kita memperkirakan konsentrasi enzim dalam contoh biologik dan membandingkan aktivitas kataliknya dengan enzim lain. Pengukuran kinetik juga cara yang secara kuantitatif dapat menjelaskan efek racun atau obat terhadap aktivitas enzim. Kecepatan reaksi ezimatik sebagian diatur oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substratnya.
            Lehninger(1988), menyatakan bahwa enzim adalah unti fungsional dari metabolisme sel. Bekerja pada urut-urutan yang teratur enzim mengkatalis ratusan reaksi terhadap yang menguraikan molekul nutrien, reaksi yang menyimpan yang mengubah energi kimiawi, dan yang membuat makromolekul sel dai prekrusor sederhana. Diantara enzim yang berpartisipasi didslam metabolisme, terdapat sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur, yang dapat mengenali berbagai isyarat metabolik dan mengubah kecepatan kataliknya sesuai dengan isyarat yang diterima. Melalui aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan baik, menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas matabolik yang berbeda yang diperlukan untuk menunjang ekhidupann.
            Martoharsono(1975), menyatakan bahwa enzim adalah protein yang khusus disintesis oleh sel hidup untuk mengatalis reaksi yang berlangsung didalamnya. Oleh karena itu banyak sekali maka biokatalisator yang dibentuk jumlah maupun jenisnya tak terhitung banyaknya. Kata enzim berasal dari “enzyme” yang berarti dalam ragi (yeast) mulai dipakai sejak tahun 1877. Sebelum itu telah dikenal diatase.
            Girindra (1986), menyatakan bahwa enzim adalah suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam proses aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya sangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat panas, asam atau basa kuat, pelarut organik atau apa saja yang menyebabkan denaturasi protein. Enzim dikatakan mempunyai sifat yang khas karena hanya bekerja pada substrat tertentu dan bentuk reaksi tertentu. Mmisalnya enzim urease, substratnya adalah urea dan bentuk reaksinya ialah mengubah substrat menjadi amonia dan karbondioksida.

Daftar Pustaka
Colby, Diane S. 1988. Ringkasan Biokimia Harper. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Girinda, aisjah. 1986. Biokimia I. Jakarta : PT Grameia Utama.
Lehninger. 1988. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Martoharsono, Ssuharsono. 1975. Biokimia Jilid I. Yogyakara : UGM Press.
Yazid, Estien. 2006. Petunjuk Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Cv. Andi Offset.

Teori Tentang Lipid


            Pine(1988), menyatakan bahwa lipid merupakan senyawa yang dapat disarikan dari sel dan jaringan oleh pelarut tak polar. Bahan lipid yang paling banyak terdapat dalam jasad hidup adalah turunan gliserol. Lemak dan minyak merupakan triester gliserol atau triasil gliserol (trigliserida). Fosfolida/fosfolipid adalah campuran ester gliserol yang satu gugus hidroksil dari gliserolnya diesterkan dengan pengalam asam fosfat.
            Harper(1988), menyatakan bahwa lipid adalah senyawa biologi yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus non polar sehingga akibat sifatnya, mereka mudah larut dalam pelarut non polar dan relatif tidak larut dalam air. Beberapa lipid berfungsi sebgai energi, lainnya seperti komponen membran atau sebagai prekrusor hormon dan lainnya dan berfungsi pada berbagai peranan khusus. Sifat non polar lipid sangat penting diibandingkan banyak fungi lainnya tetapi mempunyai masalah khusus untuk transpornya diseluruh tubuh.
            Lakitan(1993), menyatakan bahwa seperti halnya karbohidrat, lipid juga tersusun dari atom-atom, karbon, hidrogen, dan oksigen, tetapi lemak selalu memiliki porsi hidrogen yang lebih banyak dibanding pada molekul karbohidrat. Selain itu, untuk satuan bobot yang sama energi yang terkandung dalam molekul lipid lebih dari 2 kali lipat yang terkandung dalam karbohidrat. Lemak disintesis dari gliserol dan asam-asam lemak. Didalam sel gliserol disintesis dari glukosa. Asam lemak yang paling sederhana adalah asam nukleat, gugus hidroksil (COOH) merupakan ciri dari molekul asam-asam organik.
            Toha(2001), menyatakan bahwa lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat diekstrasi dengan pelarut nonpolar seperti chloroform, eter dan benzena. Senyawa-senyawa lipid tidak mempunyai rumus struktur yang sama dan sifat kimia serta biologamnya bervariasi.
            Page (1997), menyatakan bahwa istilah lipid menunjukkan ke zat-zat yang dapt diekstraksi dari materi hidup dengan menggunakan pelarut hidrokarbon seperti Ligranin, benzena, etil eter atau kloroform, protein karbohidrat dan asam nukleat pada dasarnya tidak larut dalam pelarut-pelarut non polar ini.

Tinjauan Pustaka :
Harper. 1998. Buku Kedokteran EGC. Jakarta: Diane S. Colby.
Lakitan, Benyamin. 1993. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Page, David. S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Pine, Stanley. H, dkk. 1988. Kimia Organik 2. Bandung: ITB
Toha, Abdul Hamid A. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Bandung: Alfa Beta.

Teori Tentang Karbohidrat


            Noor (1990), menyatakan bahwa karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk dioksidasi dan menyediakan energi untuk proses metabolik lain. Dilihat dari kuantitatif, karbohidrat merupakan substansi kimia yang dimetabolisasikan manusia dan hampir semua hewan.
            Warsito (1996), menyatakan bahwa karbohidrat adalah senyawa yang dapat diartikan sebagai polisakarida keton yang mempunyai rumus CH2­­­O dan juga derivatnya. Senyawa tadi yaitu karbohidrat dalam bentuk glukosa dan glikogen yang penting untuk sumber tenaga. Beberapa karbohidrat mempunyai fungsi spesifik yang penting ialah ribosa dalam nukleoprotein sel, galaktosa dalam lipid, lipid tertentu dan laktosa dalam air susu.
            Syamsuri (2000), menyatakan bahwa karbohidrat merupakan senyawa organik yang disintesis dari senyawa anorganik yang mengandung unsur-unsur C, H dan O. komponen dasar dari karbohidrat adalah monosakarida, yaitu karbohidrat yang paling sederhana yang hanya memiliki satu gugus gula dan mempunyai rasa manis. Molekul-molekul monosakarida dapat berikatan membentuk disakarida dan polisakarida.
            Pratiwi (2005), menyatakan bahwa karbohidrat merupakan senyawa majemuk yang mengandung unsur C, H dan O. prnggolongan karbohidrat dibagi menjadi dua, yaitu gula sederhana dan gula majemuk. Gula sederhana adalah monosakarida dan gula majemuk aadalah disakarida dan polisakarida. Karbohidrat merupakan zat makanan yang menghasilkan sumber energi yang berfungi dalam penyediaan bahan pembentuk protein dan lemak serta menjaga keseimbangan asam dan basa didalam tubuh.
            Sumarwan (2007), menyatakan bahwa karbohidrat merupakan sebagai sumber energi. Tubuh manusia dapat menyimpan kelebiham karbohidrat didalam organ hati dan otot. Sumber karbohidrat antara lain beras, jagung, ubi, kentang dan singkong. I gr karbohidrat menghasilakn energi 4 kalori/ + 17 kilo roule.
Tinjauan Pustaka :
Noor, A. 1990. Biokimia Nutrisi. Yogyakarta: Pusat Antar Pangan dan Gizi UGM.
Page, S Davis. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Surabaya: Erlangga.
Pratiwi, dkk. 2005. Biologi SMA 2. Jakarta: Erlangga.
Sumarwan. 2007. IPA SMP Untuk Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Syamsuri, istanar, dkk. 2000. Biologi 2000. Jakarta: Erlangga.
Warsito, A. 1996. Biokimia. Surakarta: FKIP UMS.